Laporan 2023 IUCN Rilis 74 Spesies Dinyatakan Punah

Laporan 2023 IUCN Rilis 74 spesies Dinyatakan Punah

Kita ngobrol nih tentang kehidupan di Bumi. Menurut teman-teman di International Union for Conservation of Nature (IUCN), lebih dari 44 ribu spesies di Bumi saat ini lagi ngalamin ancaman serius, bisa-bisa punah. Angka itu cuma 28 persen dari total 157.100 spesies yang terdaftar di daftar merah IUCN. Padahal, ini baru sebagian kecil dari banyaknya spesies yang nongkrong di Bumi ini.

Bulan Desember kemarin, IUCN ngeluarin daftar spesies yang udah punah (EX: Extinct). Dari data yang muncul sejak tahun 1996, lebih dari 900 spesies udah lenyap. Ada 74 spesies yang baru aja dinyatakan punah tahun 2023. Sedihnya, salah satunya adalah ikan pari Jawa (Urolophus javanicus). Kalau kamu penasaran dengan daftar spesies yang udah punah dari 1996 sampe 2023, bisa cek di sini, lho.

Pari Jawa

Jadi, ikan pari Jawa ini terakhir kali kita lihat di tahun 1862, temuannya dari holotype-nya di pasar ikan Jakarta. Kepunahannya dugaan disebabkan oleh nangkep ikan terlalu banyak yang nggak bertanggung jawab, plus kerusakan habitat dan lingkungan akibat perubahan fungsi lahan.

Kata IUCN, Teluk Jakarta udah kena industrialisasi gede-gedean, dan ekosistem pesisirnya udah parah banget terganggu. Habitat hilang, eutrofikasi (kondisi banyak nutrisi yang bikin tumbuhan air berkembang biak dengan cepat) dan sedimentasi yang makin parah, ditambah kontaminasi logam berat. Nggak heran sih kalo ikan pari Jawa akhirnya harus tutup buku.

Hopea Shingkeng

Selalu ada daftar terbaru spesies yang udah punah dari IUCN yang mereka bagi-bagi secara berkala di situs mereka. Beberapa spesies yang ikutan lenyap termasuk pohon Hopea shingkeng yang tumbuh di kaki pegunungan Himalaya, India. Spesies ini diusulkan jadi punah sejak 1998 karena kayunya dipake berlebihan buat bahan bangunan.

Moho bishopi

Dari dunia burung, ada Moho bishopi yang awalnya ditemukan di kepulauan Hawaii. Pada tahun 1981, ada laporan penampakan burung ini di lereng gunung Haleakala di pulau Maui, Hawaii. Tapi setelah itu, manusia nggak pernah lagi ketemu burung cantik ini dalam keadaan hidup. Udah nggak ada bukti baik berupa spesimen maupun foto dari burung madu ini. Sebab kepunahannya disebabkan oleh hancurnya habitat alami dan penyakit yang disebarin sama nyamuk.

Kalau dari Korea Selatan, ada kumbang tanah bernama Coreoblemus parvicollis yang dinyatakan punah di tahun 2023. Kumbang unik ini cuma bisa ditemuin di Gua Cheongpung. Tapi, pada tahun 1985, gua tempat mereka nongkrong dibendung buat bikin dam Chungju. Terakhir kali survey di tahun 2008, nggak nemuin satu pun spesies ini di gua-gua terdekat.

Nggak ketinggalan, di Oktober 2023, Dinas Perikanan dan Satwa Liar Amerika Serikat juga ngumumin 21 spesies yang udah punah di seluruh Amerika. Kejadian ini dianggap sebagai hasil keterlambatan pemerintah federal untuk nge-stop kepunahan spesies-spesies itu.

Noah Greenwald, Direktur Center for Biological Diversity, Amerika, ngomong, "Sedih banget gara-gara kehilangan 21 spesies ini. Tanaman dan hewan ini udah nggak bisa dikembalikan lagi. Kita bener-bener harus ngelakuin apa aja yang bisa kita lakuin buat hindarin lebih banyak lagi spesies yang bakal hilang dan bisa mengancam kehidupan kita."

Menurut laporan dari lembaga nirlaba itu, sampai sekarang, udah ada 650 spesies yang lenyap di Amerika. Spesies-spesies yang baru aja diumumin punah di tahun 2023 antara lain beberapa burung di Hawaii, ikan lele di Ohio, kelelawar buah di Pasifik, dan kerang air tawar di tenggara Amerika.

Nah, setelah kita dengerin cerita kesedihan tentang spesies-spesies yang udah nggak ada lagi, ternyata masih ada kabar baik. Ada spesies-spesies baru yang berhasil dijelajahin dan dideskripsikan oleh ilmuwan. Ini seru banget karena mereka bisa nambahin pengetahuan kita tentang karakteristik, habitat, dan tingkah laku mereka.

Misalnya, California Academy of Sciences di San Fransisco. Di tahun 2023 aja, mereka berhasil ngasih deskripsi untuk 153 spesies baru. Wah, hebat banget ya! Mereka punya koleksi sekitar 46 juta spesimen yang jadi sumber pengetahuan keren ini. Terus, Natural History Museum di London juga ikutan bikin gebrakan. Mereka malah mencetak rekor dengan berhasil deskripsiin 815 spesies baru di tahun 2023. Sebagian besar dari mereka udah dilaporkan ke dalam jurnal.

Pokoknya, ilmu pengetahuan ini punya cara seru buat bagi-bagi informasi. Mereka nggak cuma ngeceritain yang udah lenyap, tapi juga yang baru ditemuin. Tapi, yang perlu diinget, spesies baru ini nggak bener-bener "baru" ya. Sebelum mereka dijelajahin sama ilmuwan, sebenernya udah ada di dunia ini, tapi kita aja yang belum tau.

Spesies katak baru dari wilayah Andes, Ekuador.

Satu hal lagi yang bikin penasaran banyak orang, berapa sih jumlah spesies yang ada di Bumi ini? Angka yang beredar perkiraannya dari jutaan sampe triliunan. Tapi, kita nggak tahu pasti. Berdasarkan perkiraan dari Camilo Mora dan teman-teman di tahun 2011, angkanya sekitar 8,75 juta. Jumlah ini diakui oleh banyak ilmuwan, meski sebagian besar belum dideskripsikan.

Dari angka itu, sekitar 7,8 juta merupakan spesies binatang, 298 ribu spesies tanaman, 611 ribu spesies jamur, 63.900 protista (yang bukan hewan, tanaman, maupun jamur), 10 ribu bakteri, dan 500 arkea (mikroorganisme bersel satu). Nah, dari jumlah itu baru sekitar 1,2 juta spesies yang udah dideskripsikan. Sebagian besar diperkirakan udah punah bahkan sebelum manusia mengenalinya.


Pentingnya Konservasi dan Keterlibatan Kita Semua

Jadi, cerita tentang keanekaragaman hayati ini bener-bener menggambarkan dinamika kehidupan di Bumi kita. Ancaman kepunahan dan kejutan dengan ditemukannya spesies baru, semuanya jadi bagian dari kisah besar alam semesta ini. Kita sebagai manusia juga punya peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati ini.

Lembaga-lembaga konservasi dan penelitian, seperti IUCN, punya peran besar dalam menyediakan data dan informasi yang mendasari upaya pelestarian. Mereka membantu mengidentifikasi spesies-spesies yang terancam dan memberikan panduan untuk tindakan konservasi. Kita bisa akses daftar spesies yang udah punah sejak 1996 hingga 2023 di situs IUCN.

Perlindungan habitat alam juga jadi kunci untuk menjaga kehidupan liar. Perubahan fungsi lahan yang menyebabkan kehilangan habitat alami bisa jadi ancaman serius. Oleh karena itu, menjaga kawasan konservasi, taman nasional, dan wilayah alam liar menjadi langkah penting dalam melindungi keanekaragaman hayati.

Tantangan terkait perubahan iklim juga nggak bisa diabaikan. Pemanasan global, perubahan pola cuaca, dan kenaikan suhu laut bisa berdampak besar pada ekosistem. Konservasi nggak hanya tentang melindungi spesies individu, tapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan tempat mereka hidup.

Edukasi dan kesadaran masyarakat juga jadi faktor penting. Program pendidikan yang fokus pada kepedulian terhadap lingkungan, tanggung jawab kita terhadap ekosistem, dan dampak negatif aktivitas manusia pada alam bisa membentuk generasi yang lebih peduli terhadap keanekaragaman hayati. Kesadaran ini juga menjadi pondasi untuk mendukung kebijakan konservasi dan menghadapi tantangan lingkungan.

Tentu aja, tantangan untuk menjaga keanekaragaman hayati ini nggak gampang. Diperlukan kerjasama global, koordinasi lintas sektor, dan komitmen bersama untuk melawan kepunahan. Penerapan kebijakan yang mendukung konservasi, rehabilitasi habitat alam, dan pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan jadi langkah kritis yang harus diambil.

Dalam menghadapi krisis keanekaragaman hayati, setiap tindakan kecil punya dampak besar. Melindungi satu spesies bisa membuka jalan untuk melindungi ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, peran setiap individu, komunitas, dan negara sangat penting dalam menjaga kehidupan liar di Bumi. Keberlanjutan keanekaragaman hayati bukan hanya tanggung jawab ilmuwan atau lembaga konservasi, tapi tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Jadi, mari kita jaga keberagaman hayati Bumi kita ini, ya!

Posting Komentar

Jangan tinggalkan apapun, kecuali jejak.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak