Keberkelanjutan Pariwisata di Indonesia dengan Menggabungkan Ekologi, Olahraga, dan Pariwisata

Keberkelanjutan Pariwisata di Indonesia dengan Menggabungkan Ekologi, Olahraga, dan Pariwisata

Pandemi COVID-19 telah mengguncang sektor publik di Indonesia, termasuk pariwisata. Batasan perjalanan dan kebijakan jarak sosial membuat industri pariwisata harus berdiam diri. Namun, sekarang, sektor ini kembali bergairah dengan masyarakat mulai melakukan kunjungan.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, menjadi daya tarik utama sektor pariwisata. Danau, pegunungan, air terjun, hutan, dan lainnya telah menjadi magnet bagi wisatawan. Namun, pengembangan objek wisata di Indonesia juga membawa tantangan serius, seperti kerusakan lingkungan dan bencana alam.

Salah satu contohnya adalah rusaknya ekosistem sungai di Jawa Barat, seperti Sungai Citarum. Sungai-sungai ini seharusnya menjadi potensi wisata, tetapi sekarang malah dipenuhi sampah. Begitu juga dengan Danau Maninjau di Sumatera Barat yang kini tercemar dan sepi karena kurangnya perawatan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan revitalisasi menyeluruh dalam pengembangan sektor pariwisata alam di Indonesia. Hal ini melibatkan perubahan dalam cara berpikir masyarakat dan pemerintah, bukan hanya pada tingkat objek wisata tetapi juga pada kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.

Sektor pariwisata harus beralih dari pemahaman bahwa wisata hanya sebatas foto-foto dan konten belaka. Sudah saatnya untuk mengarahkan pariwisata pada konsep keutuhan dan keserasian antara alam dan lingkungan. Tanpa menghubungkan kedua hal ini, sektor pariwisata Indonesia tidak akan bertahan.

Konsep keberlanjutan dan partisipatif menjadi kunci dalam mengembangkan sektor pariwisata. Pola pikir harus beralih dari hanya mengandalkan objek wisata semata menjadi proyeksi kedepan yang menghitung semua aspek ekonomi yang terlibat. Pariwisata tanpa kalkulasi ekonomi tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Banyak contoh keberhasilan yang bisa dijadikan inspirasi, seperti pengelolaan kawasan mangrove di Desa Lembar Selatan, NTB, yang masuk nominasi Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023. Begitu juga dengan Desa Pujon Kidul, Malang, yang berhasil mengkolaborasikan karakteristik lingkungan dengan pengembangan wilayah dengan prinsip tidak meninggalkan limbah.

Ide ini memadukan sektor hulu dan hilir dari seluruh rangkaian terkait, memformatnya dalam satu kemasan yang menyenangkan. Ekologi dan keberlanjutan lingkungan menjadi faktor utama, sementara aktivitas olahraga menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan. Pentingnya keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangan dan pemeliharaan lingkungan juga menjadi fokus utama.

Dalam praktiknya, keterlibatan komunitas masyarakat setempat menjadi kunci dalam pengembangan program penyelamatan lingkungan. Pemerintah daerah, LSM, dan lembaga lainnya juga harus terlibat aktif dalam membangun kesadaran lingkungan dan menjaga keutuhan ekosistem.

Tentu saja, inovasi dan teknologi juga memiliki peran penting dalam mendukung upaya ini. Namun, teknologi harus digunakan secara bijak sesuai dengan prinsip keberlanjutan lingkungan. Pengembangan berbagai teknologi, seperti pengolahan limbah plastik dan energi terbarukan, menjadi bagian dari upaya menjaga keberlanjutan lingkungan.

Dengan pendekatan ini, sektor pariwisata di Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Dengan melibatkan semua pihak terkait dan membangun kesadaran akan pentingnya menjaga alam, Indonesia dapat menjadi tujuan wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kontributor

Seorang Entrepreneur, Professional Networker, dan Penulis yang senang berbagi segala hal mengenai Hukum, Lingkungan, dan Sosial Budaya.

Posting Komentar

Jangan tinggalkan apapun, kecuali jejak.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak